Pengalaman Pertama Terbang Sesungguhnya dengan Citylink

Salam satu aspal. 

Ini sambungan dari artikel yang ini ya mas bro. Hmmmm… Akhirnya saya bisa merasakan juga yang namanya terbang, terbang sesungguhnya dengan pesawat. Hehehe… Ini semua berkat PT. Astra Honda Motor nih yang luar biasa baiknya, mau mengundang blogger janda, satuaspal.com untuk datang ke plant Karawang. Tidak hanya itu saja, sekaligus juga disediakan transportasi dan penginapan di hotel bintang 4 yang membuat saya lupa alamat rumah. Maka… Nikmat janda mana lagi yang engkau dustakan… 😘😘😘

Saya dulu pernah bilang gini kepada batin saya sendiri, “walaupun dibayari saya ogah naik  pesawat”, dan saat ini di depan para khalayak saya cabut kata-kata tersebut. Kalau nggak dicabut bahaya, bisa telat tiga bulan. Ternyata naik pesawat terbang tidak seseram yang saya bayangkan selama ini, yang ada malah bikin ketagihan. 
Sabtu pagi (15/7/2017) saya dan rombongan blogger otomotif Jawa Tengah sudah tiba di bandara Ahmad Yani Semarang. Dan ini pertama kalinya saya masuk bandara. Saya milih mengekor dibelakang Mas Nugroho dan Mas Rika yang sudah berpengalaman keluar masuk bandara, biar polah saya nggak keliatan katrok. 
Ternyata masuk bandara pertama di cek semacam tiketnya, disesuaikan dengan kartu identitas. Lantas baru mencetak tiket aslinya di dalam, bisa langsung ke loket ataupun lewat mesin yang tersedia di bandara. Lagi-lagi saya nggak melakukannya sendiri, mas Nugroho yang ta min tai tolong. Lha saya bingung kok…. 

Setelah dapat tiketnya barulah saya dan rombongan masuk ke ruang tunggu penumpang. Sebelumnya harus melewati lorong security check dengan menaruh tas, dompet, hp, ikat pinggang, dan jam tangan pada rel pengecekan scanner. Hampir saja celana saya yang dol kancingnya mau mlotrok.. Setelah lolos pengecekan kita duduk-duduk di ruang tunggu, menunggu panggilan masuk ke pesawat. 

Setelah panggilan terdengar, barulah kita berjalan keluar bandara ke tempat parkir pesawat, sebelumnya di cek dan juga di sobek tiketnya sama petugas bandara. Jangan lupa selfie dulu dengan pesawatnya, naik pertama je… Lumayan fotonya bisa buat pamer, biar yang belum pernah naik pesawat jadi iri. 

Saya masuk lewat pintu belakang karena nomor tempat duduk yang dipilih sama mas Nugroho dan merupakan tempat duduk favorit mas Rika Verry adalah kursi paling belakang, 31A, 31B, dan 31C. Untunglah kedua teman saya ini paham benar cara untuk menyenangkan temannya yang baru pertama naik pesawat, saya dikasih kursi paling pinggir, paling dekat sama jendela. 

Setelah duduk di kursi pesawat ini pikiran saya mulai berkecamuk hebat. Saya mencoba menenangkan diri dengan membaca doa, “ALLOOHUMMA BAARIK LANAA FIIMAA RAZAQTANAA WAQINAA ‘ADZAA BANNAAR”, secara berulang-ulang. Kebetulan itu doa yang paling saya hafal. 
Memori tentang berita-berita pesawat jatuh terus menghantui saya dari mulai menginjakkan kaki di pintu parkir bandara Ahmad Yani Semarang. Bayangan saya, terbang kok serem banget. Hiiiii… 
Pesawat mulai mundur, menuju posisi untuk kemudian jalan menuju run way atau apalah namanya, pokoknya tempat pesawat meluncur. Jatung saya berdebar hebat sejak roda pesawat mulai berputar. Doa yang tadi terus saya baca berulang-ulang dan berulang-ulang. Tangan saya mulai merogoh tas kecil pemberian mantan pas saya ulang tahun dulu, tasnya merknya Eiger, mantan saya waktu itu pas ta putusin langsung sakit 1 minggu gara-gara nggak doyan makan, kok kasihan banget kamu dek… Sekarang dia dah punya anak, untung pas sudah putus dengan saya. Eh… 
Kantong kresek Indomaret saya genggam erat sambil saya terus berpegang teguh pada sandaran kursi di depan saya saat suara turbin pesawat Citylink mulai menggelegar. Pesawat mulai lepas kopling…. Berjalan di landasan…. Lantas terangkat roda depannya diikuti dengan terangkatnya semua badan pesawat. 
Ternyata posisi angkatannya cukup smooth, tidak seseram yang saya bayangkan, saya kira bakal ada hentakan hebat gitu. Ahhh dasar katrok… 
Pesawat terus naik dan melakukan manuver semacam cornering untuk mengambil posisi yang pas. Saya masih takut banget nih pas posisi seperti ini, rasanya pesawat kayak terombang-ambing. Setelah menemukan posisi yang tepat dan berjalan mendatar, barulah saya bisa merasakan nikmatnya penerbangan. 


Ternyata melihat pemandangan keluar jendela itu indah banget. Terlihat pucuk gunung di kejauhan, awan putih terlibat beriringan. Allahuakbar… Kala menabrak awan, sesekali pesawat terasa goyang-goyang macam mobil yang melindas kimcil eh kerikil. 
Saat mendebarkan bagi saya kembali datang saat pesawat bersiap landing alias mendarat. Saya kepikiran kalau roda pesawat protol gimana… Kalau mau sudah nginjak jalan terus mental gimana… Hiiii sereeeemmmm… Saya kembali membaca doa yang tadi. 
Ternyata pesawat mendarat dengan sangat smooth, tanpa hentakan. Alhamdulillah ya Allah… Enak banget… Setelah pesawat masuk tempat parkir barulah kita semua turun. Eh nunggu tangganya datang dulu ding… 

Perjalanan Semarang – Jakarta tidak sampai satu jam, dan inilah pengalaman terbang saya yang sesungguhnya. Ternyata naik pesawat itu enak banget dan tidak seseram yang saya bayangkan sebelumnya. Dan kata Mas Danang dari Astra Semarang, “kalau sudah pernah naik pesawat sekali pasti ketagihan mas”, kata-kata tersebut langsung saya amini dengan cepat. Berharap jadi sering diundang Honda… Hihihihi… 

23 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*